Menghafal Al-Qur’an untuk Memahami dan MEMATUHI

13 Mar 2020

Tiap insan yang mampu menghafal seluruh Al-Qur’an akan mendapat jaminan surga bersama sepuluh keluarganya. Selain jaminan surga, mereka juga mendapat predikat Hamil (bukan Al-Hafidz) Al-Qur’an dan sebagai keluarga ALLAH dari kalangan manusia;

Sesungguhnya ALLAH Subhanahu wa ta’ala memiliki keluarga dari kalangan manusia. Ditanyakan kepada Nabi, siapakah gerangan wahai Rasul?. Nabi bersabda: Ahli Al-Qur’an adalah keluarga ALLAH dan orang-orang istimewaNYA (Abdullah Al-Damiri, Sunan Al-Damiri, Saudi: Dar Al-Mugni li Al-Nasyr wa Al-Tauzi 2000, juz IV, hal 2094, nomor hadits 3369).

Menghafal Al-Qur’an adalah kegiatan sangat istimewa dan bernilai ibadah. Satu huruf Al-Qur’an sebanding sepuluh kebaikan. Saat ini, semakin banyak keluarga yang memfasilitasi anak dan remaja untuk menghafal Al-Qur’an dan sekolah yang memiliki program tahfidz.

Mendapatkan predikat Hamil Al-Qur’an. Sebab, Hamil Al-Qur’an tidak hanya hafal Al-Qur’an secara tepat, lancar dan suara indah. Hamil Al-Qur’an dituntut menerapkan Al-Qur’an dalam hidup dan kehidupan harian. Ahlu Al-Qur’an adalah mereka yang mengamalkan Al-Qur’an; kekasih ALLAH yang istimewa.

Empat puluh delapan (48) Santri Rumah Tahfidz NOERMA NOER dan Rumah Tahfidz NURBAYA SAID, yang dikelola SHUWO (Yayasan Siti Hajir Uwo) dengan moto menghafal untuk memahami dan mematuhi, dilatih, didampingi dan dibina untuk setiap hari meningkatkan kualitas ADAB (Akhlak, Etika, Sopan Santun, Laku) melalui Buku Kendali ADAB Harian SANTRI, yang berisi:

1. Waktu mengerjakan Shalat Wajib, Shalat Sunnah yang dilaksanakan,
2. Ibadah Sunnah lainnya yang dikerjakan,
3. Apakah hari ini mengucapkan salam dan cium tangan Ayah dan Ibu,
4. Apakah hari ini melakukan perbuatan tercela (mengambil hak orang lain, berkelakar berlebihan),
5. Apakah hari ini sudah berbicara dengan santun,
6. Apakah hari ini sudah berpakaian dengan rapi,
7. Apakah hari ini badannya bersih (mandi, sikat gigi, wudhu),
8. Apakah hari ini sudah beredekah (senyum, membantu teman, berbagi makanan/minuman/kue)

Setiap malam sebelum tidur, Buku ADAB Harian SANTRI diperiksa Ayah dan/atau Ibu untuk mengkonfirmasi setiap item yang diisi, apakah dilakukan Santri, dan membubuhkan tanda-tangan.

Hafal Al-Qur’an harus memiliki ADAB, menjalankan etika mulia, untuk menjaga diri sebagai keluarga ALLAH dan orang-orang istimewanya Sang Maha Suci. Etika yang harus menjadi pakaian penghafal Al-Qur’an:

1. Akhlak Mulia; mencerminkan akhlak Al-Qur’an, meneladani akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
2. Meninggalkan setiap larangan Al-Qur’an; tidak mengabaikan larangan oleh Al-Qur’an, memelihara marwah Al-Qur’an, pembawa bendera Islam, tidak berbicara sia-sia.
3. Tidak melakukan pekerjaan rendah; tidak melakukan pekerjaan tak halal, berbuat dosa dan kehinaan.
4. Berjiwa mulia; bersih jiwa dari segala prasangka buruk pada orang lain, mejaga lisan dan perbuatan, tidak kasar, pelupa, lantang suara dan pemarah.
5. Tidak merendahkan diri; tidak merasa hina di hadapan penguasa angkuh, tidak menjadi hamba peminta-minta, pengemis atau selalu minta disantuni.
6. Tawadhu’; santun kepada semua orang, terutama orang-orang saleh, menyayangi orang miskin.
7. Memiliki kekhusyukan jiwa; tenang dan berwibawa, sabar menjaga dan memelihara hafalan, wibawa dalam ucapannya
8. Tidak boleh menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber penghasilan atau sandaran hidup dari membaca Al-Qur’an; tidak pantas penghafal Al-Qur’an menggantungkan nasib kepada orang lain, tapi mampu memenuhi kebutuhan orang lain.
9. Selalu mengulang hafalan; tidak mengabaikan amanat agung yang dianugrahkan kepada ALLAH Sang Maha Pemurah, utamanya membaca dan muraja’ah malam hari, waktu yang mustajab.

Menata niat tulus LILLAAHI TA’ALA, bukan untuk mendapatkan harta dan kedudukan, merupakan ADAB utama paling penting penghafal Al-Qur’an. Jika salah, Al-Qur’an tidak memberikan syafa’at, tapi laknat. ***anstsati 20200313***